Jumat, 29 Juli 2022

Ekonomi RI Melesat: Tinggalkan China & AS

 Ekonomi RI Melesat: Tinggalkan China & AS


Dilansir dari CNBC Indonesia, Indonesia menjadi salah satu negara yang diramal oleh International Monetary Fund (IMF) sebagai negara yang kebal resesi. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memaparkan kondisi perekonomian Indonesia mampu tumbuh tinggi dipengaruhi oleh beberapa hal. Paling utama adalah pengendalian kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir. Sedikit ada peningkatan karena adanya varian baru, namun sejauh ini bisa dikendalikan. Kemudian dari sektor eksternal, lonjakan harga komoditas internasional mendorong kenaikan ekspor yang signifikan hingga neraca perdagangan mencetak rekor surplus selama 26 bulan beruntun.

Impor juga tumbuh, baik dari sisi bahan baku ataupun barang modal seiring dengan peningkatan produksi di Indonesia. Transaksi berjalan triwulan II 2022 diprakirakan mencatat surplus, lebih tinggi dibandingkan dengan capaian surplus pada triwulan sebelumnya, terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan nonmigas, sejalan dengan masih tingginya harga komoditas global.

“Ini adalah hal positif dari perekonomian Indonesia,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita.

International Monetary Fund (IMF) meramal ekonomi Indonesia tumbuh 5,3% pada 2022 dan 5,2% pada 2023. Lebih tinggi dari posisi 2021 yang mencapai 3,7% dan dipastikan Indonesia tidak terjerat resesi. Dalam laporan Dana Moneter Internasional (IMF) yang dikutip CNBC Indonesia, Kamis (28/7/2022), pertumbuhan ekonomi Indonesia diramal mampu melampaui China yang ekonominya jatuh dari sebelumnya tumbuh 8,1% menjadi 3,3% pada 2022. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga lebih tinggi dari Amerika Serikat (AS) yang diprediksi pada 2022 hanya mampu merealisasikan pertumbuhan 2,3% atau lebih rendah dari 2021 yang sebesar 5,7%.

Moeldoko mengutip data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2022 yang mencapai 5,01 persen (year on year/yoy). Kemudian, inflasi Indonesia juga masih terkendali. Hal itu berbeda dengan indeks harga konsumen di beberapa negara lain yang melambung tinggi imbas fluktuasi harga komoditas global.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia hingga Juni 2022 sebesar 4,35 persen (yoy). Moeldoko mengatakan Pemerintah Indonesia sudah berupaya keras untuk mengendalikan harga komoditas di pasar domestik, agar tidak berimbas kepada inflasi dan daya beli masyarakat. “Di antaranya, harga minyak kemarin yang masih tidak stabil dan Alhamdulillah sekarang sudah menuju stabil,” ujarnya. Pemerintah juga menjaga daya beli masyarakat lewat pengendalian inflasi. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juni 2022 tercatat inflasi sebesar 0,61% (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK Juni 2022 tercatat 4,35% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,55% (yoy). Inflasi Indonesia masih jauh lebih baik dibandingkan banyak negara lainnya. Hal ini dikarenakan pemerintah menahan harga energi lewat subsidi sebesar Rp 520 triliun.

“APBN jadi instrumen luar biasa penting, namun tekanan besar untuk menjaga harga-harga dari komoditas tersebut. Dengan ekspor impor dan inflasi yang baik, Indonesia masih relatif kondisi baik dibandingkan negara-negara pers,” jelasnya. 

“Perkiraan ekonomi Indonesia pada 2022 karena Indonesia menerima rezeki nomplok (windfall) dari harga komoditas yang tinggi untuk keseimbangan eksternal dan kondisi fiskal. Hal ini meredam dampak perlambatan ekonomi global dan melonjaknya inflasi,” jelas Faisal dalam siaran resminya. Faisal memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus membaik di tahun ini. Terlihat dari mesin pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berasal dari konsumsi masyarakat di tengah meningkatnya aktivitas.

Memulihkan permintaan dapat mendorong kegiatan produksi dan investasi. “Dengan permintaan domestik yang sehat, pertumbuhan ekspor yang stabil, kondisi fiskal yang prudent, dan manajemen Covid-19 yang solid, perekonomian Indonesia mampu tumbuh sekira 5,17% pada 2022, lebih kuat dari pertumbuhan tahun lalu,” jelas Faisal.

Kendati demikian inflasi harga konsumen (IHK) yang kini telah menyentuh level 4,35% pada Juni 2022 atau yang telah melampaui kisaran sasaran inflasi pemerintah 2% sampai 4%, menurut Faisal dapat mempengaruhi daya beli rumah tangga sampai tingkat tertentu. Namun, kinerja ekspor komoditas utama yang tinggi dapat mempertahankan pendapatan ekspor yang tidak terduga dan pendapatan fiskal. “Selanjutnya kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus tumbuh sebesar 5,22% pada tahun 2023,” kata Faisal


Referensi:

https://www.google.com/amp/s/www.cnbcindonesia.com/news/20220728072340-4-359169/ekonomi-ri-melesat-tinggalkan-china-as-apa-rahasianya/amp

https://www.google.com/amp/s/m.liputan6.com/amp/5023331/moeldoko-pertumbuhan-ekonomi-ri-masih-lebih-tinggi-dari-negara-lain


Minggu, 17 Juli 2022

Indonesia Masuk Daftar 15 Negara Yang Berpotensi Resesi

 Indonesia Masuk Daftar 15 Negara Yang Berpotensi Resesi

Dilansir dari suara.com, Resesi adalah keadaan di mana terjadinya penurunan keadaan ekonomi di suatu negara selama lebih dari dua kuartal. Ketika suatu negara mengalami resesi umumnya akan ditandai dengan meningkatnya jumlah pengangguran, menurunnya penjualan ritel dan kontraksi pendapatan pada bagian manufaktur dalam periode yang cukup lama.

Hasil dari survei Bloombang, Indonesia menjadi negara urutan ke-14 yang berpotensi resesi. Dalam survei tersebut menyebutkan, Sri Lanka menempati posisi pertama negara berpotensi resesi dengan presentase 85 persen, New Zealand 33 persen, Korea Selatan dan Jepang 25 persen. Lalu China, Hongkong, Australia, Taiwan, dan Pakistan 20 persen. Malaysia 13 persen, Vietnam dan Thailand 10 persen, Filipina 8 persen, Indonesia 3 persen, dan India 0 persen. 

Menteri Keuangan, Sri Mulyani, mengatakan hasil survei tersebut menunjukkan indikator ekonomi Indonesia jauh lebih baik dari negara-negara lain yang peringkatnya di atas Indonesia dalam survei tersebut. Kendati demikian, Indonesia masih tetap harus waspada terhadap potensi resesi yang masih dapat terjadi. Pasalnya, saat ini negara-negara di dunia masih dibayangi resesi dan kenaikan inflasi.

Secara umum, resesi terjadi ketika ekonomi tumbuh negatif dua kuartal beruntun. Pada tahun 2020 lalu dunia mengalami resesi akibat pandemi Covid-19, yang membuat aktivitas dan mobilitas miliaran umat manusia terganggu. Tanpa aktivitas dan mobilitas manusia, roda ekonomi pun 'macet'.

Kali ini resesi terjadi karena tingginya inflasi akibat harga komoditas energi yang melesat. Karena inflasi yang melambung, bank sentral pun mulai menaikkan suku bunganya. Masalahnya dua hal tersebut ditambah dengan daya beli yang mulai lesu. Meskipun dunia sedang di ambang resesi kedua dalam dua tahun terakhir, Indonesia diperkirakan tidak terdampak parah seperti yang terjadi pada 1998 ataupun 2020.

Dampak resesi yang dirasakan oleh masyarakat saat resesi terjadi yaitu ekspor Indonesia akan terguncang karena pasar dunia yang lesu. Ekspor sendiri berkontribusi sebesar 23% terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2022. Kemerosotan ekspor akibat resesi dunia tentunya akan memangkas PDB Indonesia. Saat ekspor kemudian menjadi lesu, dampaknya akan terasa bagi eksportir. Permintaan yang sepi akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. 

Di sisi lain, beban operasional tetap harus berjalan seperti listrik, sewa gedung, dan karyawan. Biasanya untuk mengurangi beban, kapasitas produksi pun dikurangi mengikuti permintaan yang turun. Selain itu, karyawan pun jadi korban dengan adanya pemotongan gaji. Bahkan lebih parah, adanya pemutusan hubungan kerja (PHK). Ujung-ujungnya daya beli pun semakin rendah karena pendapatan yang terpotong atau bahkan terputus. Tingkat pengangguran pun menjadi bertambah. Sudah pasti saat pendapatan berkurang, pengeluaran hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pokok saja.



Apalagi saat terjadi resesi, menjual aset di harga terbaik akan sulit. Sebab daya beli masyarakat sedang lesu saat itu. Kemudian jika melihat kondisi saat ini, resesi dipicu oleh kenaikan suku bunga bank sentral yang agresif, sehingga  bisa mengerek suku bunga kredit yang membuat utang menjadi lebih mahal. Di sisi lain bunga deposito pun bisa naik yang membuat investasi di bank lebih menguntungkan dibandingkan investasi di aset risiko yang akan terpukul.

Jadi daya beli masyarakat akan menurun karena pendapatan yang berkurang, ini berisiko meningkatkan angka kemiskinan.


Sumber: 

https://www.suara.com/news/2021/05/30/173415/apa-itu-resesi-ini-definisi-hingga-dampak-resesi-ekonomi?page=all 

https://www.liputan6.com/bisnis/read/5012910/indonesia-masuk-daftar-negara-berpotensi-resesi-sri-mulyani-kita-harus-waspada

https://www.cnbcindonesia.com/mymoney/20220714070539-72-355473/kalau--amit-amit--resesi-ini-yang-akan-menimpa-orang-ri/2

https://money.kompas.com/read/2022/07/13/141500626/indonesia-masuk-daftar-15-negara-yang-berpotensi-resesi-ini-kata-sri-mulyani

Minggu, 03 Juli 2022

Permasalahan yang Dihadapi Nelayan di Indonesia

 Permasalahan yang Dihadapi Nelayan di Indonesia


Dilansir dari Wikipedia.com, nelayan adalah istilah bagi orang-orang yang sehari-harinya bekerja menangkap ikan atau biota lainnya yang hidup di dasar, kolom maupun permukaan perairan. Perairan yang menjadi daerah aktivitas nelayan ini dapat merupakan perairan tawar, payau maupun laut. Di negara-negara berkembang seperti di Asia Tenggara atau di Afrika, masih banyak nelayan yang menggunakan peralatan yang sederhana dalam menangkap ikan. Nelayan di negara-negara maju biasanya menggunakan peralatan modern dan kapal yang besar yang dilengkapi teknologi canggih.

Kesejahteraan nelayan justru dibilang sangat minim sekali dan identik dengan kemiskinan. Sebagian besar (63,47 persen) penduduk miskin di Indonesia berada di daerah pesisir pantai dan pedesaan. Data statistik menunjukan bahwa upah riil harian yang diterima seorang buruh tani ataupun nelayan hanya sebesar Rp. 30.449,-  per hari. Jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan upah nominal harian seorang buruh bangunan biasa Rp. 48.301,- per hari. Hal ini perlu menjadi perhatian mengingat ada keterkaitan erat antara kemiskinan dan pengelolaan wilayah pesisir.

Dikutip dari Academia.edu, tekanan terhadap sumber daya pesisir sering diperberat oleh tingginya angka kemiskinan di wilayah tersebut. Kemiskinan sering pula memicu sebuah lingkaran setan karena penduduk yang miskin sering menjadi sebab rusaknya lingkungan pesisir, namun penduduk miskin pulalah yang akan menanggung dampak dari kerusakan lingkungan. Dengan kondisi tersebut, tidak mengherankan jika praktik perikanan yang merusak masih sering terjadi di wilayah pesisir. Pendapatan mereka dari kegiatan pengeboman dan penangkapan ikan karang dengan cyanide masih jauh lebih besardari pendapatan mereka sebagai nelayan. Dengan besarnya perbedaan pendapatan tersebut di atas, sulit untuk mengatasi masalah kerusakan ekosistem pesisir tanpa memecahkan masalah kemiskinan yang terjadi di wilayah pesisir itu sendiri.

Kementerian Komunikasi dan Informatika beserta Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia sendiri mencoba untuk memetakan isu-isu yang dihadapi oleh nelayan di Negeri ini. Masalah pertama adalah pada aset, di mana antara lain nelayan masih sulit mendapatkan bantuan kapal, lalu belum semua nelayan mendapatkan asuransi jiwa yang diberikan oleh KKP, hingga tingginya biaya solar.

Kemudian masalah berikutnya ada pada sektor keuangan. Nelayan disebut masih kurang dalam akses permodalan untuk biaya operasional melaut contohnya perlengkapan laut. Juga masih ada pemanfaatan solar oleh pihak yang seharusnya tidak berhak. Nelayan juga masih kurang pengetahuan mengenai pemanfaatan pendapatan untuk pengembangan usaha.

Isu sektor penangkapan ikan juga penting dicarikan solusinya, di mana akses nelayan Indonesia untuk mendapatkan informasi cuaca, gelombang perairan, dan arah angin masih terbatas. Lantas informasi lokasi persebaran ikan masih didapat secara konvensional, penanganan kondisi darurat masih kurang, hingga akses informasi mengenai ikan yang dibutuhkan pasar masih kurang.

Masalah berikutnya yang dihadapi nelayan di Indonesia adalah penyimpangan pengelolaan, di mana informasi lokasi, dan kapasitas penyimpanan pendingin masih terbatas. Lalu fasilitas penyimpanan pendingin di pelabuhan masih kurang dan hasil tangkapan akan menurun kualitasnya jika tanpa kepastian penjualan dan fasilitas penyimpanan pendingin. Sedangkan permasalahan yang terakhir ada pada bidang pemasaran, di mana nelayan masih kurang akses untuk mengetahui harga pasar hasil tangkap yang dapat menyebabkan fluktuasi harga. Kemudian masih munculnya tengkulak dalam jalur distribusi dan kurangnya dukungan untuk pengembangan pemasaran elektronik.



Referensi

Wikipedia.org 2022. Pengertian nelayan menurut KBBI. Diakses pada 27 juni 2022 pukul 

18.30 melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Nelayan 

Academia.edu 2018. Kondisi nelayan di Indonesia. Diakses pada 27 juni 2022 pukul 18.40 

melalui https://www.academia.edu/36086550/KONDISI_NELAYAN_INDONESIA 

Indonesiabaik.id. problematika nelayan di Indonesia. Diakses pada 27 juni 2022 pukul 18.55 

melalui  https://indonesiabaik.id/infografis/problematika-nelayan-indonesia  

HIMPUNAN MAHASISWA PRODI MANAJEMEN: MANFAAT UNTUK MAHASISWA DAN PENGURUS 2024

  Himpunan Mahasiswa Prodi Manajemen (HIMAJEMEN) adalah organisasi mahasiswa yang mewadahi mahasiswa Program Studi Manajemen di Universitas ...